Apakah
kau menyangka ini tentang perjalanan hidupku? Atau kisah sekolah, rumah,
percintaan, persahabatan, atau kisah-kisah remaja yang hangat ditelingamu?
Bukan. Ini hanya sekedar curahan hati yang kuharap menjadi pelajaran berharga
bagi dikau para pembaca……
Aku bukan tipe
orang yang bisa melapkan amarah dan tangisan di depan orang lain. Setiap kali
aku berbuat salah, aku akan terdiam dan seluruh organ tubuhku seakan membatu.
Mulutku takkan bergerak cepat dan spontan seperti yang orang lain lakukan
dengan mengatakan “maaf”. Bodohnya aku, sampai banyak orang akan tersakiti
dengan kebiasaanku ini. Pada dasarnya, jika aku melakukan kesalahan, aku akan
meminta maaf bukan melalui perkataan tetapi melalui lakuanku. Aku akan
melakukan apapun pada saat itu juga agar ia mau memaafkanku dan tetap dalam
konteks kewajaran.Aku juga sering mengganggap diriku ini aneh karena selalu
berperilaku yang sepenuhnya bukan diriku. Aku sering tertawa, berlari,
tersenyum, lasak, dan apapun yang orang tau. Aku senang memiliki sifat yang
tidak terlalu kaku dan monoton dibandingkan orang lain. Tapi, tak banyak orang
yang mengerti apa yang ada di dalam hatiku ini. Terkadang, semua sifat yang kumiliki
tadi hanya menjadi kulit luarku saja. Aku sering memotivasi orang lain, tapi
aku tak bias membangkitkan diriku sendiri dari keterpurukan sekalipun. Aku
dapat mengerti orang lain, tapi aku sulit mengenali apa yang kubutuhkan untuk
diriku sendiri. Aku selalu berusaha jujur dan tak ingin berlaku salah. Aku
kira, semua manusia memiliki keinginan yang sama seperti diriku ini. Ku
aplikasikan ini ketika aku SMP, seperti tidak bertanya pada saat ujian atau aku
tak berani melihat contekan. Tapi dunia ini selau bentangkan beribu jalan
kepada ku agar aku dapat leluasa melakukannya. Aku memang tidak mencontek saat
ujian tapi aku selalu dicobai dengan memberikan jawabanku kepada temanku.
Sehingga dunia menawarkan aku dengan tangan terbuka untuk membayar kebaikanku dengan
bertanya kepadanya. Kebaikan?? Butuh 7 x pikir panjang sebenarnya menyatakan
yang kulakukan barusan adalah sebuah kebaikan. Sampai saat ini, ku rata-ratakan
aku berhasil menyoretkan jawabanku dikertas perangku itu dengan pemikiranku
sendiri. Tapi, aku juga manusia biasa yang menginginkan sebuah nilai baik
paling tidak mencukupi. Aku iri dengan hasil oirang lain yang bagus bahkan
bukan dengan otaknya sendiri. Kondisi inilah yang terkadang membuatku bingung
atas pilihanku untuk tetap bertahan jujur. Sampaiaku berpikir, “Jujur atau sok
jujur”. Aku ingin membuka mulutku dan mengikuti jejak teman-temanku yang mulai
berbisik seperti suara lebah yang memenuhi otakku.
Dulu aku punya
teman yang mau menemaniku walaupun aku dalam keadaan mendung. Dia akan dating
dan memelukku. Lalu dia akanmemotivasiku dan kembali membangkitkanku dengan
mengajakku kembali focus belajar. Tapi, dia mengajakku sesuai kehendaknya,
entah kemana, dan untuk apa yang terkadang membuat aku kesal dan menyesali
kedekatanku kepadanya. Tapi apa?? Aku tak pernah sekalipun membantah ajakannya.
Benar-benar tak punya pendirian dalam memilih. Dunia sering sekali menyempitkan
aku dengan menjejerkan banyak pilihan. Berbagai rasa, wujud, warna, dan aku
selalu bingung memilihnya. Membuat aku selalu tercekat didalam tawaran-tawaran
itu. Dunia memang memberikan hal positif kepadaku. Tapi dilain waktu, mereka
ingin memberikan hal negative kepadaku.
Saat SMP, gayaku
sangat berbeda dengan diriku yang saat ini. Gelang tali gelap yang berjejer
mengelilingi pergelangan tanganku, kalung yang bertali-tali hitam bermatakan
lingkaran dengan corak yang tak bermakna, tas sandang yang selalu kusilangkan
ditubuhku, celana jeans panjang, topi, jacket abu-abu, sandal bertaliku,dan
rambut yang berikat 1.Bahkan sampai saat ini aku masih mengingat betul diriku
yang dulu. Jika dipikir-pikir, kini hidupku sudah berubah ±180
dari yang sebelumnya. Memakai baju kemeja,
memasukkannya kedalam celana, memaki tali pinggang dengan rapi, memakai sandal
bertali, celana longgar, dan aku telah meninggalkan sebagian dari garis
hidupku.

Terkadang
aku berpikir, bahwa sifatku yang sulit menolak apa yang orang minta kepadaku,
menjadi sebab-akibat pertemananku dengan mereka. Mereka seakan memiliki maksud
tertentu dengan mendekatiku. Hah, pemikiran macam apa yang kumiliki ini?? Kata
”tidak” seakan menjadi musuh bebuyutanku sejak aku bersekolah. Mengikuti apa
yang temanku lakukan. Dan penyesalan akan dating terlambat. Aku tak suka keluar
rumah karena aku sudah terbentuk dalam keluarga ini sebagai anak rumahan. Lama
tak dibelikan HP membuat teman-teman mendesakkau untuk memiliki alat elektronik
yang memacu dosa tak terdefenisi itu. Aku baru mendapatkannya ketika aku sudah
memilih sekolah SMAku dan itu sudah berada pan puncak masa-masa SMPku disaatorang
lain telah menjangkau dunia yang sangat luas dibandingkan aku. Berita buruknya
kalau mengenai pemakaiannya, aku masuk ke Asrama Yayasan Soposurung Balige yang
tidak memperkenankan siswa/I nya untuk membawa HP tersebut. Terhitung, tak
bulat 1 tahun pun aku memakainyasetelah pembelian HP tersebut. Aku juga tidak
tau mengendarai sepeda motor hingga saat ini. Membuat aku seakan menjadi
manusia terkuno di tengah bumi yang bulat lonjong ini. Aku selalu menumpang
dengan sepeda motor orang lain. Ketika itu aku sudah dikelas 3 SMP dan mereka
mengajakku pergi sepulang acara kebaktian malam sabtu. Sesaat aku terdiam dan
seakan tak punya pilihan lain dan menjawab dengan kata “ya”. Pada saat itu
mereka membawaku melayang menjelajahi gelapnya malam yang diterangi dengan
lampu jalanan. Tanpa ku sadari, aku telah menjadi seorang anak bayi yang
dibonceng olah orang tua semuku yang hanya bias tertawa menikmati suasana.
Mereka seolah-olah melindungiku diatas sepeda motor itu dengan tak membiarkanku
pergi membawa sepeda motor itu.
Aku
merupakan orang yang mencintai keluargaku karena ternyata merekalah yang
menjadi sahabat setiaku didunia ini. Mereka menemaniku makan, belajar, mereka
mengajarkan aku yang kini menjadi tempat pelampiasanku ketika aku sedih ataupun
senang. Setiap ku petik senar-senar yang berbaris sambil duduk memeluknya
diatas pangkuanku, seakan pikiranku sedang menari-nari diatas putaran roda
dunia yang membuat aku tenang bersamanya. Aku menyayangi ketiga adik
laki-lakiku dan kedua orang tuaku karena mereka membangun dan membentuk imanku.
Aku menyayangi dan mencintai sepenuhnya mereka dan tak ingin berpisah
dengannya. Walaupun aku sedikit menyebalkan tapi rumahku cukup terbantu dengan
keberadaanku. Membereskan rumah, menyuap adekku, membantu di dapur, membantu bertukang,
bertanam, bercangkul, dan memaku, menjadi keharusanku dalam membantu
orang-orang dirumahku ini. Pada akhirnya aku mengetahui bahwa ternyata aku
sosok kedua bukan yang pertama. Aku sangat merindukan kehadiran kakak atau
abang bahkan adik perempuan.
SMA
yang kurasakan berbeda dengan SMA yang dirasakan orang lain. Karena aku sangat
menikmatinya bukan karenamemiliiki seorang pacar seperti yang dirasakan oleh
orang lain pada umumnya. Merasakan cinta kepada lawan jenis menjadi tolak ukur
kebahagiaan hidup masa SMA. Ya, aku memang merasakan cinta itu tapi tidak
menggunakan standard remaja lainnya. Aku merasakan cinta kasih ditempatku yang
baru ini. Aku memiliki kakak yang paling kukasihi dan puluhan lainnya yang ada
disekitarku. Aku memiliki abang yang menaungiku dan puluhan lainnya di
lingkunganku. Aku memiliki saudara perempuan yang sangat aku kasihi karena aku
merasa memiliki sosok keluarga terdekat setelah aku jauhdari rumahku. Aku
memilki sahabat-sahabat yang sangat ku kasihi keberadaannya dan mengasihiku apa
adanya walaupun aku tau aka nada rasa benci, iri, bosan, marah, dan sebagainya
yang harus siap sedia ku terima kenyataannya. Aku merasa sedikit bahagia dan
merasa penuh ketika kekosongan hatiku telah dipenuhi tawa dan hiburan dari
sahabat yang kini kumiliki. Yang hidup bersama dan seiringan di dalam 1 ruang yang
menyatukan satu sama lain. Satu angkatan, kumiliki, kugenggam, dan tak
kulepaskan sampai kapanpun.
Aku
merasa bersyukur atas hidup yang Tuhan berikan kepadaku. Ap yang telah kudapat
dan kurasakan benar-benar rencana terindah yang kumiliki. Dia menempatkan aku
dalm keluarga ini.Dia memberikan aku kekuatan setiap kali aku tersandung dan
terjatuh. Dia seakan hadir menemaniku saat sendirian, bimbang, stress, dan
hancur. Dia benar-benar menjadi tempat sandaran terbaikku walaupun aku berada
dikamar kosong tak berarti ini. Diasiap membukakan tangan-Nya ketika aku dan
semua umat manusia meminta pertolongan-Nya. Banyak yang telah Ia lakukan
kepadaku hingga aku tak bias menuliskan dan mendaftarkan apa yang telah
kulewati bersama-Nya. Aku selalu menaikkan pujian kepada-Nya dan melepaskan doa
dan keinginanku kepada-Nya. Aku sangat ingin bertemudengan-Nya, memeluk, dan
tertawa bersama-nya. Merasakan kesegaran jiwa dan abadi karena aku benar-benar
berbahagia hidup didalam naungan-Nya.
Semua
orang memiliki masalahnya yang berbeda. Dan dosa takkan pernah pergi dari hidup
kita sejauh apapun engkau pergi melangkah menelusuri dunia ini hingga ke
pelosok sekalipun. Aku telah menyadari bahwa kelemahanku terbentukoleh diriku
sendiri. Tanpa kau sangka-sangka semua akan terungkapdan berubah seiring
berjalannya waktu bersamamu. Kau akan merasakan yang manis melebihi madu bahkan
dari sarangnya dan pahitnya hidup melebihi daun papaya bahkan yang telah engkau
kunyah sambil membayangkan bahagianya mendapat nilai 100. Kau akan merasakan
yang lebih pedas dari cabe rawit yang kau beli dipasar ataupun kau petik secara
langsung. Kau akan merasakan yang lebih segar daripada jus tomat campur wortel
yang dihidangkan bersama pecahan es yang kau teguk di pagi hari.
Kau
mungkin bias menangis keras didepan orang lain. Kau bias marah meledak-ledak
didepan orang banyak dank au bias tertawa sangat keras ditengah orang-orang.
Dan aku hanya bias melakukan 1 terakhir dari yang kusebutkan. Jangan pernah
pikirkan orang lain akan menemanimu setiap saat kau berjalan diatas aspal
bebatuan ini ataupun rumput yang berembun ini. Karena dunia ini penuh dengan
misteri yang tak dapat kau lihat kedatangannya
seakan tertutupi dengan besarnya pegunungan. Tapi, jadilah sosok yang
siap menemani orang lain dimanapun engkau berada agar engkau memilki
pengalaman-pengalaman yang menjadi garam berguna bagi hidupmu. Berdirilah di
atas telapak kakimu sendiri agar kau mengerti cara kau bertahan menopang dirimu
dari kerasnya cobaan dan tuntutan dunia serta mengerti bagaimana caramu
berusaha menerobos badai dan dosayang akan menjangkaumu.
Ku akhiri tulisan
panjangku ini diatas kertasini dengan goresan penaku ini ditemani turunnya
hujan yang kini telah berhenti diluar sana. Di dalam kamar ini, dimana cahaya
masuk melalui jendela bejerjak ini. Bersama bayangan gelap disisi kiri kananku,
duduk berselimutkan kain berbulu merah ini, dan bersandar di dinding bisu
berwarna putih ini. Kutuliskan dengan penuh arti dan kuungkapisi hatiku, semua,
diatas ranjang ini…..
By: Esra Natalia Tambunan
X-2_XXII gen_Berakhir
Tanpa jejak Fcn’ers
>.^